Tak seorangpun bisa luput dari terjangkit penyakit yang namanya “EGOIS”, hanya saja kadar dari stiap individu yang berbeda dan cara pengaplikasiannya, mungkin penyakit egois itu akan terasa wajar jika subjeknya adalah seorang yang notabene_nya pelajar/tahap belajar, akan tetapi penyakit tersebut terasa sangat memprihantinkan dan lucu jika itu terjangkit pada diri seorang yang terdidik/pengajar.

Apakah pendidikan yang dienyamnya sampai S2 tidak sanggup menyembuhkan penyakit itu ?? dan apakah pengalaman di berbagai bidang yang digelutinya selama ini tidak mampu untuk menetralisir virus “egois” itu ??
Sungguh ironis jika dilesakkan banyak alasan untuk membantah argument tersebut, padahal seharusnya seorang yang bertitel S2 adalah seorang yang bijaksana dalam memahami sekitar, dewasa dalam tutur kata dan cara pandang.

Parahnya lagi, jika ke”EGOIS”an  itu dibawa sampai pada sum-sum darah birokrasi, akan dengan mudah membunuh ion-ion etika Tawadlu’ yang selama ini diidam-idamkan oleh Civitas Akademika. Selanjutnya, bagaimana nasib birokrasi yang ada di kampus tercinta ini ?? Apakah ke”EGOIS”an akan memporak-porandakan kinerja birokrasi yang mulai berbenah ini ??.

“Profesional” mungkin itu adalah suatu kata yang sudah usang yang tak pantas lagi disandang pada tubuh birokrasi di Elit birokrasi kampus, “Profesional” mungkin hanyalah sebuah kata formalitas belaka yang digunakan untuk mempercantik remukan bangunan birokrasi ini.

Ornamen-ornamen yang berusaha berperilaku professional ditertawakan dan dikucilkan dalam kancah birokrasi tersebut.

Kemana arah birokrasi ini akan dibawa ?? dan sampai kapan penyakit akut “EGOIS” itu akan sembuh ??
Hanya ada satu kata, LAWAN…….!!!! HANCURKAN KESOMBONGAN YANG BERSENJATA KE”EGOIS”AN ITU……..!!!!

Semoga penyakit Egoisme yang sudah tahap akut itu secepatnya disembuhkan oleh Allah SWT……..
Amin………